top of page
  • Writer's picturedimasrsetiawan

Museum Sonobudoyo. Melintasi dimensi waktu sambil berwisata asik di Museum Sonobudoyo Yogyakarta.


Sono-budoyo, atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Tempat Budaya, saat ini telah memiliki kurang lebih 62.661 koleksi benda kebudayaan (data tahun 2016 diambil dari Buku “Bunga Rampai Museum Indonesia”), dan menjadi museum dengan benda koleksi terbanyak yang ada di Yogyakarta. Benda koleksi yang ada di Museum Sonobudoyo sangat beragam jenisnya, mulai dari koleksi numismatik seperti uang logam, beberapa naskah kuno, hingga koleksi historika seperti senapan dan meriam lama. Ada pula koleksi benda-benda yang berasal dari zaman prasejarah yang ternyata banyak ditemukan di daerah Gunung Kidul seperti perkakas dan batu menhir.


Museum ini diresmikan pada tahun 1935 oleh Java Istituut, sebuah yayasan yang bergerak pada bidang pelestarian kebudayaan pada masa kolonial Belanda. Sedikit bercerita tentang latar belakang pendirian museum Sonobudoyo, sejarah pendirian Museum ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Yayasan Java Instituut. Yayasan ini dibentuk dengan dasar statuta yang menghendaki adanya sebuah bantuan untuk melakukan kegiatan pelestarian kebudayaan pribumi dengan cakupan wilayah Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Pada tahun 1924, Java Instituut mengadakan kongres di kota Surakarta dan menghasilkan sebuah keputusan untuk mendirikan sebuah museum yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data kebudayaan pribumi dari daerah Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Selang 1 tahun kemudian, pada tahun 1931 dibentuklah panitia untuk proyek pembangunan Museum. Dengan bantuan tanah hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwana VII maka dimulailah awal pembangunan museum, dan tepat pada tanggal 6 November 1935, Museum Sonobudoyo akhirnya resmi diperkenalkan dan dibuka untuk umum.


Memasuki museum ini kita akan langsung disambut oleh keberadaan seperangkat alat musik gamelan yang terpajang rapi di sisi kanan dan kiri ruangan. Pengunjung akan dipersilahkan untuk menulis buku tamu dan membayar biaya masuk senilai Rp. 3000/orang dengan fasilitas seorang pemandu yang siap untuk memandu kita selama tour di dalam museum. Setidaknya ada 10 ruangan yang akan kita nikmati dalam tour museum ini. Dimulai dari ruang pengenalan atau yang biasanya disebut sebagai pintu masuk, disini terdapat sebuah pasren atau kerobokan yang terdiri dari tempat tidur, lengkap dengan bantal, guling, kasur, dan kelambunya, lalu sepasang patung loro-blonyo, lampu robyong, dan sepasang lampu jlupak. Didepan pasren terdapat sebuah Lukisan atau ornamen yang menunjukkan sebuah sengkalan “Sarining Sekar Sinesep Peksi”, yang berarti tahun 1961 (lihat foto utama). Sengkalan adalah deretan kata berupa kalimat atau bukan kalimat yang mengandung angka tahun, dan disusun dengan menyebut lebih dahulu angka satuan, puluhan, ratusan, kemudian ribuan.


Setelah melihat koleksi yang ada di ruang pengenalan, kita akan melanjutkan tour dengan memasuki satu demi satu ruang pameran yang ada di museum ini. Bak masuk ke dalam sebuah lorong waktu, kita akan seolah-olah dibawa ke dimensi waktu yang berbeda untuk melihat seperti apa cikal bakal kebudayaan yang ada di Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Mulai dari zaman prasejarah hingga masuk ke peradaban kebudayaan modern. Ruang pameran yang akan kita lewati secara berurutan adalah Ruang Pra-sejarah, Ruang Klasik dan Peninggalan Islam, Ruang Batik, Ruang Wayang, Ruang Topeng, Ruang Jawa-Tengah, dan Ruang Emas. Melewati satu demi satu ruangan akan mengajarkan kita bagaimana dan seperti apa kemunculan sebuah kebudayaan baru di pulau Jawa ini. Bagaimana kehidupan masyarakat pra dan pasca islam masuk misalnya, tentu akan menghasilkan sebuah kebudayaan baru atau sedikit banyak merubah sebuah kebudayaan yang ada sebelumnya. Menarik bukan? Nah, setelah melewati setelah melewati ruang Emas, barulah kita akan masuk sebuah ruang pamer terbuka yang disebut dengan Anjungan Bali.


Anjungan Bali adalah sebuah replika dari sebuah halaman rumah adat yang ada di pulau Bali. Di dalam ruang anjungan Bali ini terdapat pintu masuk berupa Candi Bentar (yaitu sebuah bangunan belahan kembar dengan posisi yang berhadapan). Masuk ke dalamnya, kita akan menemukan sebuah bangunan balai yang biasa disebut dengan Balai Gede. Dari segi kebudayaan, Balai Gede ini digunakan sebagai tempat dilaksanakannya upacara “Manusia-yadya”, yaitu upacara yang biasa dilakukan untuk memperingati siklus kehidupan manusia contohnya seperti saat kelahiran, potong gigi, perkawinan, hingga kematian. Seorang pegawai museum menjelaskan bahwa Anjungan Bali ini sengaja dibuat dan dikirim langsung khusus dari pulau Bali untuk menggambarkan kebudayaan yang ada disana. Bagaimana nuansa arsitekturnya yang bersifat tradisional menggambarkan falsafah “Tri Hata Kirana” atau tiga penyebab kebahagiaan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan tuhan, keharmonisan sesama manusia, dan keharmonisan manusia dengan alam. Cerita-cerita seperti inilah yang sesungguhnya menarik untuk dinikmati.


Anjungan Bali adalah ruang terakhir yang ada didalam bangunan utama museum Sonobudoyo, namun dliuarnya kita masih bisa menikmati ruang pamer terbuka yang menyuguhkan benda-benda koleksi yang berasal dari zaman kerajaan, seperti 2 buah meriam warisan tahun 1800an dan beberapa Arca yang masih terawat dengan baik. Bagi pengunjung yang ingin berfoto dan berselfie, anjungan Bali dan ruang pamer yang ada di halaman museum bisa menjadi spot yang asik untuk mengabadikan momen. Foto yang dihasilkan akan membuat kita seolah-olah sedang berada di Bali, atau bisa juga membuat kita seolah sedang menikmati keelokan Kompleks Candi Majapahit yang ada di Trowulan, Jawa-Timur.


Museum Sonobudoyo ini hanya terletak di seberang utara Alun-alun utara Kraton Yogjakarta, museum ini memliki ciri khas dengan bangunannya yang berarsitektur Jawa-Belanda, bangunannya pun terbilang besar dan luas. Saat ini Museum Sonobudoyo telah memiliki lebih dari 10 ruang pameran yang dilengkapi dengan perpustakaan dan sebuah ruang auditorium yang cukup besar. Biasanya ruang auditorium ini digunakan sebagai ruang pentas wayang yang dibuka untuk umum.

-@masdim_setiawan

14 views0 comments
bottom of page